Informasi › Berita
  • Berkunjung ke D’Cupliz Bee Farm, Tempat Budidaya Madu Kele-kele di Desa Kuwum Mengwi

    Admin Web Badung

    Kamis, 9 Januari 2025 15:23 WITA | 57 kali dibaca

    Berkunjung ke D’Cupliz Bee Farm, Tempat Budidaya Madu Kele-kele di Desa Kuwum Mengwi
    Foto : Berkunjung Ke D’cupliz Bee Farm, Tempat Budidaya Madu Kele-kele Di Desa Kuwum Mengwi

    Madu kele-kele atau trigona merupakan salah satu jenis madu unik yang dipercaya banyak memiliki khasiat untuk kesehatan tubuh dan banyak digunakan untuk pengobatan luka dalam seperti, asam lambung dan lain sebagainya. Madu kele-kele dihasilkan dari lebah hitam yang tidak memiliki sengat sehingga dapat memproduksi propolis sebagai sarana pertahanan dirinya. Hal tersebut menjadikan madu kele-kele memiliki kualitas yang tinggi dan harganya pun kian bervariatif. 


    Bisnis budidaya madu kele-kele menjadi diminati di kalangan masyarakat, dikarenakan hanya memerlukan modal sedikit namun bisa meraup untung banyak. Salah satu yang membudiyakan madu kele-kele adalah I Made Riawan atau akrab disapa Made Cupliz. Ia adalah pemilik D’Cupliz Bee Farm yang berlokasi di Desa Kuwum, Kecamatan Mengwi, Badung. 


    Made Cupliz memulai berternak lebah pada pertengahan tahun 2016 yang berawal dari hobi. Dirinya mempunyai ide untuk membudidayakan lebah karena peminat madu dari lebah yang dia ternakkan banyak tawaran di sosial media. 


    Karena keinginannya yang kuat, Made pun terus belajar cara berternak lebah dengan benar hingga menghasilkan madu. Pada akhirnya ditemukannya kele, dimana lebah tersebut biasa dijumpai di gubug-gubug. Ia pun memindahkan lebah kele itu ke dalam kotak dan dibawa pulang untuk dipelajari. Setelah dua tahun belajar tentang lebah kele, akhirnya Made Cupliz berhasil panen madu pertamanya dan mulai berjualan madu kele-kele pada tahun 2018. Peminatnya pun banyak hingga Ia mendapatkan hasil yang lumayan. 


    Madu kele-kele atau trigona memiliki rasa asam karena kandungan enzimnya lima kali lebih banyak dibandingkan lebah madu lainnya.

     

    “Rasa madu kele itu asem, karena enzim didalam madu kele itu lima kali lebih banyak dari lebah biasa. Sehingga lebih banyak digunakan untuk pengobatan luka dalam seperti, asam lambung dan lain sebagainya,” pungkas Made Riawan pada Rabu (9/1/2025).

     

    Made juga menjelaskan bahwa faktor cuaca sangat berpengaruh terhadap waktu panen. “Lama panen madu kele-kele itu paling cepat sekitar tiga bulan. Namun jika musim hujan akan lebih lama panennya. Karena saat hujan, bunga tidak akan dicari oleh lebah sebab tercampur dengan air. Selain itu, dalam sekali panen, satu log paling banyak menghasilkan 500 ml dan paling sedikit adalah 250 ml,” jelasnya. 


    Dikatakannya, Made Riawan, tantangan terberat dalam membudidayakan lebah kele-kele adalah dimana adanya lebah yang kabur karena berbagai alasan, seperti pakannya kurang, atau mungkin karena bukan habitatnya. Selain itu, hama seperti semut dan lebah pemakan lebah (killer bee) dan kurangnya tanaman mengandung getah juga menyebabkan lebah kabur. 


    “Madu kele-kele ini saya pasarkan di media sosial terutama di facebook yang kebanyakan penggunanya adalah orang tua. Karena kebutuhan madu itu biasanya dari umur 30 tahun keatas. Dan peminat madu itu pun lebih banyak adalah masyarakat lokal,” tutup Made Riawan. 


    Bagi Anda yang ingin mendapatkan madu kele-kele D’Cupliz Bee Farm, bisa mengunjungi akun resmi mereka di Instagram @peternak_lebah_bali, Facebook D’Cupliz Madu, dan Website www.madukelebali.com. Anda juga dapat langsung berkunjung ke D’Cupliz Bee Farm di Br. Balangan No.8 Desa Kuwum, Mengwi, Badung.


    Bagikan

TENTANG

Pemerintah Kabupaten Badung

Ini adalah website resmi Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, Indonesia.

Alamat
Jl.Raya Sempidi, Mangupura, Badung, 80351 Bali.

Media Sosial

KONTAK KAMI

  • Jl.Raya Sempidi, Mangupura, Badung, Bali.

  • (0361) 9009333

  • setda@badungkab.go.id

  • www.badungkab.go.id

FACEBOOK