<p style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">SEDANG &ndash; 12/3/2019</span></p> <p style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Tradisi nguopin yang masih eksis hingga sekarang memang beralasan. Umat Hindu menggunakan upakara dalam jumlah yang tidak sedikit pada setiap upacara. Keluarga yang akan melakukan upacara tersebut pasti akan kewalahan.</span></p> <p style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Tradisi nguopin ini sangat membantu ketika ada keluarga yang akan mengadakan upacara tertentu. Sama halnya dengan makna yang tersirat dalam peribahasa &ldquo;Berat Sama Dipikul, Ringan Sama Dijinjing&rdquo;. Pekerjaan yang berat tentu akan terasa lebih ringan bila dikerjakan bersama-sama.</span></p> <p style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Sekretaris Desa Sedang I Gusti Ngurah Suarnawa, S.Pd mengatakan &quot;<em>dengan adanya tradisi ini, kewajiban upakara yang harus diselesaikan dapat dipenuhi. Tentu saja dalam waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan mengerjakannya seorang diri. Tak hanya itu, hubungan antar keluarga dan antar tetangga akan semakin erat. Tradisi nguopin dan juga tradisi sejenis seperti ngayah dan mebat sangat penting untuk dipertahankan&quot;,&nbsp;</em>ungkapnya. (004/KIMSDG)</span></p>
Tradisi Nguopin Sangat Penting Dipertahankan
12 Mar 2019