<div style="text-align: justify;"> &nbsp;</div> <div style="text-align: justify;"> &nbsp;</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">SEDANG - 8/3/2019&nbsp;</span></div> <div style="text-align: justify;"> &nbsp;</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Setelah diarak keliling, ogoh-ogoh yang menjadi lambang kepribadian Butakala itu kemudian dibakar. Karya seni patung yang merepresentasikan wujud mahluk halus, jahat dan bersifat merusak itu, dicirikan dengan badan tinggi besar berwajah seram. Butakala seolah memancarkan energi negatif dan aura kegelapan.</span></div> <div style="text-align: justify;"> &nbsp;</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Sore hari, semua pemuda dan pemudi berkumpul di Balai Banjar Aseman, Desa Sedang untuk melaksanakan kebersihan sekitar areal Balai Banjar usai hari raya Nyepi, selain itu Stt Semara Ratih juga melakukan pembakaran ogoh-ogoh.&nbsp;</span></div> <div style="text-align: justify;"> &nbsp;</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">I Gusti Ngurah Bagus Yudistira selalu Ketua Stt mengatakan &quot;Pemaknaan ogoh-ogoh yang dibakar sebagai perwujudan sifat buruk dan kejahatan ini agaknya menjadi refleksi bagi kita, umat manusia yang pernah berbuat jahat. Ketika ogoh-ogoh tersebut dibakar, maka kita juga harus membakar niat buruk kita dan menghapus perbuatan jahat kita,agar kedepannya kita tidak mengulangi hal itu lagi dan menjadi pribadi yang lebih baik&quot;, tuturnya. (004/KIMSDG)</span></div>
Ritual Pembakaran Ogoh-ogoh Setelah Diarak
08 Mar 2019