<div style="text-align: justify;"> &nbsp;</div> <div style="text-align: justify;"> &nbsp;</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">SEDANG - 4/3/2019&nbsp;</span></div> <div style="text-align: justify;"> &nbsp;</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Selama Nyepi, masyarakat Bali melakukan Catur Brata Penyepian atau empat pantangan, yakni tidak melakukan aktivitas (amati karya), tidak menyalakan lampu atau api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan), serta tidak melakukan aktivitas yang bersifat hiburan seperti rekreasi dan hura-hura (amati lelanguan).</span></div> <div style="text-align: justify;"> &nbsp;</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Prosesi Catur Brata Penyepian berada di bawah pengawasan pecalang atau petugas keamanan desa adat. Pecalang berada di bawah koordinasi prajuru atau pengurus desa adat setempat. Siapa melanggar prosesi ini tentu akan menerima hukuman adat.</span></div> <div style="text-align: justify;"> &nbsp;</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Sekretaris Desa Sedang I Gusti Ngurah Suarnawa, S.Pd mengatakan &quot;Selama 24 jam (dari pukul 06.00 hingga pukul 06.00 keesokan harinya) Bali benar-benar senyap. Selama waktu itu proses pengendalian diri dilakukan. Penyepian dimaksudkan untuk mulat sarira atau fokus dan berkonsentrasi untuk kembali ke jati diri melalui perenungan dan meditasi&quot;, tuturnya. (004/KIMSDG)</span></div>
Hari Raya Nyepi, Mari Terapkan Catur Brata Penyepian
04 Mar 2019