<p style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">SEDANG - 19/2/2019</span></p> <p style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Sehari sebelum Nyepi, masyarakat Hindu khususnya di Bali, melaksanakan tradisi pengrupukan. Tradisi ini semacam prosesi mengembalikan bhuta kala ke asalnya. Menurut kepercayaan, mereka dibangunkan dengan alat-alat, umumnya obor; api saprakpak, sembur meswi, bunyi-bunyian kentongan yang dibawa mengelilingi&nbsp;Desa.</span></p> <p style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.&nbsp; Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan, biasanya dalam wujud Rakshasa.</span></p> <p style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Sekretaris Desa Sedang I Gusti Ngurah Suarnawa, S.Pd mengatakan &quot;Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi&quot;, tuturnya. (004/KIMSDG)</span></p>
Simbol Bhuta Kala Menjelang Nyepi
19 Feb 2019