<p style="text-align: justify;"> &nbsp;</p> <p style="text-align: justify;"> Sedang-27/11/2018 Pestisida dari bahan alami telah sejak lama digunakan oleh masyarakat, termasuk masyarakat desa-desa di Bali. Masyarakat memanfaatkan tumbuhan yang ada di sekitar lingkungannya untuk dimanfaatkan sebagai pestisida alami. Namun seiring berjalannya waktu, tradisi tersebut perlahan menghilang akibat desakan kebutuhan dan teknologi yang tidak ramah lingkungan.</p> <p style="text-align: justify;"> Penggunaan pestisida kimia/sintetis dirasa lebih praktis dan ekonomis, namun dapat memberikan dampak negatif seperti residu yang tertinggal tidak hanya pada tanaman, tetapi juga pada air, tanah, bahkan udara. Akibatnya, hasil panen yang seharusnya berkualitas dan bernutrisi tinggi menjadi tercemar residu pestisida kimia dan berbahaya bila dikonsumsi. Penggunaan pestisida sintetis secara terus-menerus dapat mengakibatkan efek resistensi dan resurjensi atau timbul kembali dari beberapa jenis hama.</p> <p style="text-align: justify;"> Akar Tuba : Derris elliptica (Roxb.) Benth. Tumbuhan yang umum digunakan sebagai racun ikan ini biasa disebut sebagai jenu/jenuh oleh masyarakat. Tumbuhan ini sudah mulai jarang ditemukan di sekitar desa, sehingga masyarakat mulai jarang menggunakannya. Bagian yang banyak digunakan adalah bagian akar dan batang. Pestisida dari tumbuhan akar tuba dibuat dengan cara memotong atau menumbuk bagian akar atau batang, kemudian direndam dalam air selama 7-15 hari. Air hasil saringan rendaman inilah yang kemudian digunakan sebagai pestisida dengan cara disemprotkan pada tanaman setelah sebelumnya dicampur dengan air. Akar tuba mengandung senyawa rotenon, dapat digunakan untuk mengendalikan hama serangga seperti larva kumbang dan kupu-kupu, apis, nyamuk, kutu hijau, dan kutu daun. (005/KIMSDG)</p>
“Akar Tuba” Pestisida Nabati Yang Mulai terpinggirkan
27 Nov 2018