<p> &nbsp;</p> <div dir="auto" style="color: rgb(0, 0, 0); font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; "> <p dir="ltr" style="text-align: justify; "> <span style="font-size: 14px; ">SEDANG - 22/10/2018&nbsp;</span></p> <p dir="ltr" style="text-align: justify; "> <span style="font-size: 14px; ">Bertepatan dengan hari Kajeng Keliwon, di Pura Dalem Solo, Sedang, Abiansemal, Badung dilaksanakannya pementasan Tari Sakral yaitu Tari Sang Hyang Jaran, yang dimulai pada pukul 07.00 Wita.</span></p> <p dir="ltr" style="text-align: justify; "> <span style="font-size: 14px; ">Saat menari, penari diiringi kidung Sang Hyang Jaran. Proses selanjutnya adalah&nbsp;<i>masolah</i>, di mana para penari yang sudah kemasukan roh kuda mulai menari, menginjak dan menendang api yang telah dipersiapkan.</span></p> <p dir="ltr" style="text-align: justify; "> <span style="font-size: 14px; ">Terakhir pertunjukan adalah&nbsp;ngalinggihang, yakni mengembalikan kesadaran penari dan melepas roh merasuki penari kembali ke asalnya. Dalam proses ini semua penari diperciki dengan tirta.</span></p> <p dir="ltr" style="text-align: justify; "> <span style="font-size: 14px; ">Sekretaris Desa Sedang I Gusti Ngurah Suarnawa, S.Pd mengatakan &quot;<i>Tari Sang Hyang Jaran digolongkan tari sakral karena hanya digelar setiap sasih kalima dan kanem. Bagi masyarakat, tari ini dipercaya bisa menolak berbagai jenis roh jahat hingga wabah penyakit</i>&quot;, tuturnya. (004/KIM SDG)</span></p> <div> &nbsp;</div> </div>
Tari Sang Hyang Jaran, digelar setiap sasih Kalima dan Kanem
22 Oct 2018