<div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">SEDANG - 1/8/2018 </span></div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Mebat adalah tradisi kebersamaan laki-laki Bali dalam penyelenggaraan hidangan - hidangan dan persiapan untuk upacara keagamaan. Biasanya warga di Desa Sedang, Abiansemal, Badung berkumpul untuk membawa sebuah pisau agak besar yang dinamakan blakas / golok untuk proses mebat dan waktu pelaksanaan mebat biasanya pada hari H dini hari. Dalam proses mebat ada dua tahapan yang dilakukan yaitu pembuatan bumbu dan pengolahan hidangan ( memasak ). Pembuatan bumbu biasanya di sehari sebelum hari H dimana warga laki - laki akan membuat bumbu ( base gede ). </span></div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Salah satu warga di Desa Sedang, Made Arta (43) mengatakan "<em>mebat itu bagaimana mengolah makanan menu Bali, seperti sate, lawar sayur ares dan memasak nasi dengan bumbu yang pas sesuai aturannya tanpa bahan penyedap tambahan. Ada teknik yang ditekankan, kalau rasa dipastikan enak, tapi dalam komposisi harus ada konsep keseimbangan, antara pedas dan rasa lainnya</em>”, ungkapnya. </span></div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Sekretaris Desa Sedang I Gusti Ngurah Suarnawa, S.Pd saat ditemui di tempat terpisah mengatakan "<em>kegiatan mebat bertujuan untuk memupuk rasa gotong royong, kebersamaan dan rasa persaudaraan karena dampak dari dunia modern dan perkembangan jaman IT, budaya mebat sekarang ini semakin lama akan  semakin surut, budaya megibung pun juga semakin jarang terlihat,untuk itu melalui kegiatan ini dapat memunculkan rasa kebersamaan dan persaudaraan</em>", tuturnya. (004/KIMSDG)</span></div>
Mebat!!! Tradisi yang Harus Dipertahankan di Desa Sedang
01 Aug 2018