<p dir="ltr" style="font-family: arial, sans-serif; font-size: 12.8px; text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">SEDANG - 18/7/2018 </span></p> <p dir="ltr" style="font-family: arial, sans-serif; font-size: 12.8px; text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Ciri khasnya adalah gapura candi bentar yang tertutup lumut dan tumbuhan merambat, terlebih dua jenis pohon besar berupa beringin dan kepuh menjulang tinggi besar. Ya, Pura Puseh Desa Sedang, Abiansemal, Badung. Arsitekturnya tergolong unik karena tidak terdapatnya <i>gelung kori</i>sebagai pemisah dalam mandala pura, yang ada adalah candi bentar.</span></p> <p dir="ltr" style="font-family: arial, sans-serif; font-size: 12.8px; text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Jika ditilik dari keberadaannya saya menduga pura ini dibangun kira-kira tahun <a href="tel:17401780" style="color: rgb(17, 85, 204);" target="_blank">1740-1780</a>, mengacu kepada berkuasanya I GustiAgungMunggudi kerajaan Mengwi yang memenangkan perang melawan I Gusti Ngurah Bija Bun (bekas wilayah kerajaannya adalah <i>carik</i> Uma Bun, persawahan yang mebentang dari Desa Angantaka sampai DesaSibang).</span></p> <p dir="ltr" style="font-family: arial, sans-serif; font-size: 12.8px; text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Pura Puseh Sedang, berbahan utama kombinasi padas dan bata merah, saya terpesona dengan ukirannya terlebih yang terdapat di <i>pelinggih gedong</i>. Tidak seperti biasanya, <i>pelinggih </i>gedong disini mengarah kepada arsitektur <i>gedong-gedong saren</i>atau <i>bale Bali</i> yang umumnya terdapat di arah utara dalam pekarangan. Lengkap dengan empat tiang penyangga dan <i>sendi </i>patung singa pada setiap tiangnya, tangganya diapit oleh dua ekor naga yang belum diukir, di kanan dan kirinya patung <i>Betara Wisnu dan Brahma</i> dan lebih kepingginggir diapit oleh patung sebangsa <i>palwaga /wenara</i>. <i>Pelinggih gedong</i> dicat dengan warna putih dan saya rasa ini adalah pengaruh dari model arsitektur yang berkembang pada masa kolonial yaitu plester semen, seperti dapat kita lihat di wilayah karangasem kota, beberapa <i>jeroan</i>di puri Bangli juga Singaraja. Temboknya dihiasai empat figur garuda dan dipintu masuknya bertahtahkan <i>gemendung </i>dengan ukiran <i>karang sae</i>.</span></p> <p dir="ltr" style="font-family: arial, sans-serif; font-size: 12.8px; text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Angin dan jamur ternyata mengikis lebih indah dari maestro ukir kita, angin sadar bagian mana yang harus dikikis dan jamur tentu sadar bagian mana yang harus diberikan cendawan yang lebih ekstra. Tengoklah lebih detil alur-alur yang tercipta akibat kikisan angin dan jamur cendawan, mereka lebih piawai membaca serat batu padas, menghadirkan warna-warna artistik. Di titik ini, ungkapan saya menyadari bahwa alam itu menghadirkan tanda-tanda abstrak, garis sebagai garis, warna sebagai warna, hanya imaji manusia yang usil mengaitkan sebuah visual dengan objek/figur tertentu yang didalamnya dibumbui lagi dengan narasi mistik atau cerita-cerita tertentu.</span></p> <p dir="ltr" style="font-family: arial, sans-serif; font-size: 12.8px; text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Ir. Made Bujastra selaku Bendesa Adat Sedang mengatakan "<em>Indik kewentenan ukiran-ukiran ring pura Puseh, Panitia sampun polih maosang, duwaning patut sekadi daging tulisan niki, ukiran punika pinaka 'karya seni' sane dahat becik pisan. Nika  mawinan kewentenang ukiran punika jagi kautsahayang kelestariyang. Figura dinding, patung" lan patung" singa tatakan saka sane wenten ring gedong jagi kepasang ring jeroanan gedong. Kori karang sae jagi kapasang ring kamar wastra. Aling" jagi kerestorasi lan kapasang malih ring dauh entik kepuh saha kaanggen genah para jana sane arsa ngaturang rarapan. Ornamen lan patung sane wenten ring Padmasana jagi kepasang ring sisi tengah penyengker sane ring ungkur. Ornamen barong sane wenten ring kiwe tengen pemedalan jagi kepasang ring pemedalan pelinggih Ratu Diyus Merana</em>", tuturnya. (004/KIM SDG)</span></p> <p dir="ltr" style="font-family: arial, sans-serif; font-size: 12.8px; text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Sumber : Dewa Purwita Sukahet</span></p>
Puitika Seniman, Angin dan Jamur – Catatan Nglesir Visual di Pura Puseh Desa Sedang, Badung
18 Jul 2018