<div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">SEDANG-9/7/2018 </span></div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Desa Sedang merupakan desa/kelurahan yang terdapat di wilayah Kecamatan  </span><span style="font-size: 14px;">Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Indonesia. Selain pemimpin secara kedinasan Desa Adat </span><span style="font-size: 14px;">Sedang juga dipimpin oleh Bendesa. Batas wilayah Desa Adat Sedang yaitu sebelah utara berbatasan </span><span style="font-size: 14px;">dengan Desa Mekar Buana, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Adat Angantaka, sebelah barat </span><span style="font-size: 14px;">berbatasan dengan Desa Adat Sibang Gede, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Adat Singapadu </span><span style="font-size: 14px;">yang merupakan wilayah Kabupaten Gianyar.</span></div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Dalam babad Mengwi disebutkan bahwa lingkungan desa Sedang sabelunnya bernama desa Bhun </span><span style="font-size: 14px;">diperintah oleh I Gusti Ngurah Bhun yang pada masa itu menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan </span><span style="font-size: 14px;">Mangupura. Kerajaan Mangupura yang sakarang dikenal dengan nama Mengwi, saat itu diperintah oleh </span><span style="font-size: 14px;">Ida Cokorda Agung Mayun. Pada suatu kesempatan. Ida Cokorda Agung Mayun mengadakan kunjungan </span><span style="font-size: 14px;">ke desa Lambing. Di desa itu. Ida Cokorda mendengar selentingan berita bahwa penguasa tunggal desa </span><span style="font-size: 14px;">Bhun yaitu I Gusti Ngurah Bhun berniat malepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Mengwi. Guna </span><span style="font-size: 14px;">memastikan kebenaran berita tersebut, maka Ida Cokorda memerintahkan I Gusti Ngurah Bhun untuk </span><span style="font-size: 14px;">menghadap dia yang saat itu berada di dasa Lambing. Lambing adalah sebuah desa yang letaknya di </span><span style="font-size: 14px;">sebelah utara dasa Bhun. I Gusti Ngurah Bhun menolak perintah Ida Cokorda. Penolakan bersebut </span><span style="font-size: 14px;">membangkitkan kemarahan Ida Cokorda. Dia memutuskan untuk menyerang desa Bhun. I Gusti Ngurah </span><span style="font-size: 14px;">Bhun ternyata telah siap menghadapi serangan. I Gusti Ngurah Bhun mendapatkan bala bantuan dari</span></div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Dalem Sukawati dalam menghadapi serangan tersebut. Terjadi pertemputan sengit antara kedua belah </span><span style="font-size: 14px;">pihak. Serangan I Gusti Ngurah Bhun berada di atas angin sehingga bisa mematahkan serangan kerajaan </span><span style="font-size: 14px;">Mengwi. Ida Cokorda Agung Mayun pun tewas dalam pertempuran tersebut. Mendengar berita naas itu. </span><span style="font-size: 14px;">I Gusti Ngurah Made Munggu adik sang narendra raja pergi memerintahkan Manca Sibang Serijati dan </span><span style="font-size: 14px;">Penarungan untuk mengadakan pertemuan kilat di Desa Lambing. Isi instruksi dapat di tebak. untuk </span><span style="font-size: 14px;">bersama-sana menyusun strategi serangan balasan terhadap Desa Bhun. Demikianlah besok paginya </span><span style="font-size: 14px;">manakala fajar hampir menyingsing serangan balasan dimulai. I Gusti Ngurah Kemasan, Manca Sibang </span><span style="font-size: 14px;">Srijati barsama Gusti Ngurah Jalantik dan Manca Panarugan mengepung dari arah barat. Sementara </span><span style="font-size: 14px;">pimpinan tertinggi I Gusti Agung Made Munggu bersama seorang panglima andalannya I Gusti Made </span><span style="font-size: 14px;">Munag menyerbu dari arah utara yakni dari Desa Bindu. Kambali maletus pertempuran dahsyat antara </span><span style="font-size: 14px;">kedua belah pihak. Menghadapu seragan terkoordinasi rapi ini, pasukan I Gusti Ngurah Bhun tidak dapat </span><span style="font-size: 14px;">berbuat banyak, sehingga I Gusti Ngurah Bhun kalah. Sanak kaluarganya serta pasukanya kocar-kacir.</span></div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Sebagian besar mereka meninggalkan Desa Bhun dan menuju desa-desa disakitarnya guna mencari </span><span style="font-size: 14px;">perlindungan. Beberapa orang putra I Gusi Ngurah Bhun menyerahkan diri pada I Gusti Agung Made </span><span style="font-size: 14px;">Munggu. Putra sulungnya dititahkan menempati sebuah kawasan hutan bambu lebat yang letaknya di </span><span style="font-size: 14px;">sebelah timur dasa Lambing atau sebelah utara desa Bhun. Hutan bambu ini diistilahkan dengan Tiying</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Nges yang saat ini dikenal dengan desa Tinges. </span><span style="font-size: 14px;">Sedangkan putra lainnya menyerahkan diri pada I Gusti Agung Made Kamasan. Mereka diperintahkan </span><span style="font-size: 14px;">rnenghuni di wilayah Bantas. Istilah Bantas berarti bentar, datar. luas. Kini wilayah Bantes menjadi </span><span style="font-size: 14px;">banjar Bantes, sebuah banjar di desa Sibang Gede, berdekatan dengan Sibang Serijati. Seorang pendeta </span><span style="font-size: 14px;">yang sekaligus sebagai Siwa atau penasehat I Gusti Ngurah Bhun mengalami nasib yang sarna. Mereka </span><span style="font-size: 14px;">menyerahkan diri ke pangkuan I Gusti Agung Made Kemasan dan diberi tempat pemukiman dekat </span><span style="font-size: 14px;">kuburan. Pemukiman ini akhirnya menjadi griya Dalem juga terletak di wilayah desa Sibang.Peperangan </span><span style="font-size: 14px;">telah usai, yang tertinggal hanya puing-puing reruntuhan yang menjadi saksi bisu desa Bhun yang </span><span style="font-size: 14px;">menjadi hutan kenbali. Berkat jasa kemenangan dalam perang. I Gusti Agung Made Munggu kemudian </span><span style="font-size: 14px;">dinobatkan menduduki singasana yang kosong semenjak wafatnya Ida Cokorda Agung Mayun. Maka </span><span style="font-size: 14px;">berkiprahlah kebijaksanaan pemerintahan I Gusti Agung Made Munggu yang arif bijaksana. </span></div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Rakyat </span><span style="font-size: 14px;">merasa aman tentram dan makmur. Pembangungan dilaksanakan di segala sektor. juga di seluruh </span><span style="font-size: 14px;">pelosok kerajaan. Saat itu desa Bhun yang nyaris dilupakan orang mendapat giliran untuk dibenahi. I </span><span style="font-size: 14px;">Gusti Made Munang bersama 40 orang prajurit yang berasal dari desa Lambing. Bindu dan Sigaran </span><span style="font-size: 14px;">mendapat tugas mulia, membangun kembali desa Bhun dari puing-puing reruntuhan akibat perang. </span><span style="font-size: 14px;">Maka pada hari minggu pon wuku Tambir, penanggalan 14 sasih kasa. rah 7, tenggek 9, lsakaning 1472, </span><span style="font-size: 14px;">tepatnya tanggal 19 Juli 1575 Masehi dimulailah peletakan batu pertama usaha penyesedan </span><span style="font-size: 14px;">(perambasan) semak-semak belukar hutan desa Bhun. Usaha itu dimulai dari bagian timur laut wilayah </span><span style="font-size: 14px;">desa Bhun. Dalam usaha penyesedan itu ditemukan sebuah taman pemandian yang indah mempesona </span><span style="font-size: 14px;">di bawah pohon kenanga. Air pemandian itu merniliki keunikan tersendiri dapat menyembuhkan </span><span style="font-size: 14px;">penyakit campak. Istilah pohon kenanga kemudian melahirkan mana beji Nangga. Beji berarti taman </span><span style="font-size: 14px;">atau pemandian.Usaha panyesedan diteruskm lagi ke arah tenggara. Namun tidak seberapa hasil yang </span><span style="font-size: 14px;">diperoleh para penyesed banyak terserang penyakit sehingga diduga tempat tersebut merupakan </span><span style="font-size: 14px;">tempat keramat. </span></div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Oleh karena keangkerannya maka didirikanlah dua buah pemujaan sebagai wujud </span><span style="font-size: 14px;">istana penyawangan Ida Ratu Mas Sakti dan Ida Ratu Gede Sakti. </span><span style="font-size: 14px;">Sambil merawat para penyesed yang jatuh sakit, para penyesed lain terutama yang dari desa lambing </span><span style="font-size: 14px;">juga mendirikan sebuah pura yang diberi nama pura Mas Murub. Wedalan di pura ini Jatuh pada Sabtu </span><span style="font-size: 14px;">Pon Dungulan. Menurut hasil petuwun pada tahun 1978, pura ini pernah diganti nama menjadi pura </span><span style="font-size: 14px;">Dalem Agung. Selanjutnya para penyesed dari Lambing diperintahkan mendirikan komplek pemukiman </span><span style="font-size: 14px;">disekitar pura tersebut. Pemukiman itu kemudian menjadi banjar Susuk. Susuk berasal dari kata sesek </span><span style="font-size: 14px;">yang artinya menyisipkan pada tempat yang memungkinkan. Dari banjar Susuk, penyesedan diteruskan </span><span style="font-size: 14px;">lagi ke arah tenggara. Kawasan ini untuk jatah para penyesed dari desa Sigaran yang kemudian disebut </span><span style="font-size: 14px;">sebagai kawasan banjar Sigaran. Para penghuni banjar baru ini kemudian mendirikan sebuah pura yang </span><span style="font-size: 14px;">di beri nama pura Dalem Alit. Wedalan di pura ini berlangsung setiap Selasa Kliwon Medangsia. </span><span style="font-size: 14px;">Penyesedan tidak berhenti sampai disini. Usaha ini dilanjutkan terus ke arah barat. Dalam misi terakhir </span><span style="font-size: 14px;">ini diupayakan membuat semacam pelataran yang begitu lapang, datar dan luas. Disinilah didirikan </span><span style="font-size: 14px;">rumah untuk pemimpin penyesed, I Gusti Made Munang. Rumah ini disebut Jeroan Munang. Jeroan </span><span style="font-size: 14px;">berasal dari kata Jero yang artinya rumah bangsawan, sedangkan Munang berasal dari kata Muunang </span><span style="font-size: 14px;">yang berarti membakar, tajam, berkemampuan tinggi.</span></div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Perjalanan sang waktu merangkat terus semakin berdatangan pula pendatang baru dari desa-desa dari </span><span style="font-size: 14px;">sekitar desabhun, seperti Sibang, Tegal, Abiansemal, Karang Dalem, Mambal dan lainnya. Sebagian besar </span><span style="font-size: 14px;">para pendatang baru tersebut harus melakukan penyesedan hutan terlebih dahulu sebelum mereka </span><span style="font-size: 14px;">bermukim di desa Bhun. Pada akhirnya karena pembenahan kembali desa Bhun ini berawal dari </span><span style="font-size: 14px;">penyesedan hutan, maka desa ini diberi nama desa Sesedan. Istilah Sesedan dalam perkembangan </span><span style="font-size: 14px;">selanjutnya mengalami perubahan bunyi sehingga mejadi desa Sedang. Nama Desa Sedang selanjutnya </span><span style="font-size: 14px;">digunakan hingga saat ini.Setelah usaha penyesedan dipandang selesai, maka oleh para pemuka desa </span><span style="font-size: 14px;">waktu itu didirikanlah perangkat Kahayangan Tiga sebagai lembaganya penyungsugan penduduk yang </span><span style="font-size: 14px;">pada kala itu semua memeluk agama hindu. Saat ini desa Sedang merupakan sebuah desa dikepalai oleh </span><span style="font-size: 14px;">kepala desa dengan membawahi lima banjar dinas yaitu banjar adat sedang kelod, sedang kaja, </span><span style="font-size: 14px;">Kauripan, Sigaran, Aseman. Desa Sedang juga tergabung dalam ikatan desa adapt sedang yang terdiri </span><span style="font-size: 14px;">dari enam banjar ada yaitu banjar Adat Sedang, Aseman, Ratih, Sigaran. Tengah dan Kauripan.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">(005/KIMSDG)</span></div>
Mari Mengenal Lebih Dekat Dengan Desa Sedang, Mulai Dari Letak sampai Sejarah
10 Jul 2018