<div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">SEDANG-9/7/2018</span></div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Anjing Bali bukanlah anjing tanpa asal-usul, ditengarai sebagai proto-canine, anjing </span><span style="font-size: 14px;">murni yang berevolusi dari hewan-serupa-serigala untuk bisa hidup berdampingan dengan manusia. Mereka </span><span style="font-size: 14px;">tidak lagi berburu, melainkan makan dari sisa-sisa perburuan dan makanan manusia.</span></div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Anjing Bali umumnya memiliki ukuran tubuh ramping-sedang dan berbulu pendek, ekor sabit dan </span><span style="font-size: 14px;">biasanya bertelinga tegak. Akan tetapi, banyak dari mereka memiliki bentuk telinga, ekor, serta warna </span><span style="font-size: 14px;">yang berbeda-beda. Anjing Bali mungkin hitam atau putih, atau putih dengan bintik-bintik hitam atau </span><span style="font-size: 14px;">berwarna cokelat. Terlepas dari itu semua, anjing-anjng ini berada di dalam kelompok DNA murni yang </span><span style="font-size: 14px;">sama.</span></div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Nenek moyang dari Anjing Bali ditelusuri berasal dari 15.000 tahun sebelum zaman es terakhir. Evolusi </span><span style="font-size: 14px;">yang lama telah membuat mereka cenderung lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca tropis. Jika </span><span style="font-size: 14px;">diperlakukan dengan baik, mereka dapat hidup lebih dari 16 tahun. Meskipun mereka sering terlihat </span><span style="font-size: 14px;">berkelompok dan membuat suara besar, anjing Bali jarang agresif apalagi menggigit jika tidak </span><span style="font-size: 14px;">terprovokasi. Mereka benci ruang terbatas dan dapat dengan mudah melompati dinding setinggi lebih </span><span style="font-size: 14px;">dari 3 meter. Mereka dikenal sebagai anjing jalanan karena anjing Bali mencintai kebebasan, dan </span><span style="font-size: 14px;">senang bersosialisasi dengan satu sama lainnya. Mereka biasanya terlihat nongkrong di pintu rumah, </span><span style="font-size: 14px;">gonggongan khas mereka mengingatkan pemiliknya dalam mengusir berbagai jenis penyusup (hewan </span><span style="font-size: 14px;">pengganggu seperti ular/tikus, orang asing, atau bahkan mahluk halus).</span></div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 14px;">Sekretaris Desa Sedang I Gusti Ngurah Suarnawa,S.Pd berpendapat bahwa di zaman sekarang ini </span><span style="font-size: 14px;">masyarakat cenderung lebih suka memelihara anjing luar daripada anjing lokal bali, padahal Anjing Bali </span><span style="font-size: 14px;">memiliki tempat khusus dalam budaya lokal masyarakat Bali. Seperti tertulis dalam cerita pewayangan, </span><span style="font-size: 14px;">saat seekor anjing menemani Yudistira ke gerbang surga, ungkapnya. “Kalau ingin memelihara anjing </span><span style="font-size: 14px;">luar ya sah-sah saja namun ada baiknya kita setidaknya pelihara juga anjing lokal yang kini mulai </span><span style="font-size: 14px;">tergerus zaman,” pungkasnya. (005/KIMSDG)</span></div>
Mari Lestarikan Anjing Bali Sebagai Salah Satu Warisan Penting di Pulaunya Sendiri..
09 Jul 2018