<p style="text-align: justify;"> SEDANG- 30/6/2018</p> <p style="text-align: justify;"> Jika mendengar kata bertani atau pertanian pasti muncul di benak kita dengan kotor ataupun mencangkul dan lain sebagainya,  maka tak hayal di era seperti sekarang tidak banyak masyarakat yang mau menjadi petani. Selain dari sisi penghasilan yang di cap rendah, kerja erat dan panas-panasan sudah melekat dalam mindset sebagian besar orang.</p> <p style="text-align: justify;"> Namun  anggapan tersebut tidak menyurutkan semangat ngurah sumerta yasa () dalam bertani, ia bisa dibilang sukses dibidang ini, dengan bertani  bapak 2 anak ini bisa mencapai kesuksesan.</p> <p style="text-align: justify;"> Beliau mulai terjun di usaha pertanian pada th 2000 hingga kini,  komuditas yang di budidayakan mulai dari bunga pacah, bunga mitir, cabai dan lain sebagainya, belaiu beranggapan di Bali pertanian sanggat berpotensi besar, apalagi prasarana sesaji (banten) ataupun canang berbahan dasar bunga, maka dari itu beliau tak pernah ragu dalam meneruskan usaha tersebut. “Tekun dan kerja keras itulah kunci dari keberhasilan” ucapnya.</p> <p style="text-align: justify;"> Prebekel desa Sedang I Gede Putu Natih S.E, mengatakan “Penduduk desa sedang memang sebagian besar berprofesi sebagai petani, kendati demikian umur rata-rata petani di desa Sedang berusia 50 th keatas, dikhawatirkan nantinya tidak ada lagi generasi penerus yang mau menekuni professi ini karena pangan kita dihasilkan dari para petani tersebut” pungkasnya.(005/KIMSDG)</p>
TEKUN DAN KERJA KERAS KUNCI SUKSES NGURAH SUMERTAYASA DALAM USAHA TANI
30 Jun 2018