<div style="text-align: justify;"> KULINER BALI “LINDUNG”</div> <div style="text-align: justify;"> SEDANG - Di pedesaan Bali banyak dijumpai varian kuliner yang bahannya berasal dari persawahan. Dulu masa sebelum intensifnya penyemprotan dengan pestisida, di areal persawahan banyak hidup dan berkembang seperti belut (lindung), kakul, buit-buit, belauk hingga capung yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan lauk-pauk. Bahkan bahan tersebut dikatakan mengandung protein yang tinggi.</div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Salah satu pedagang Buk Agus (46) mengatakan Lindung (belut) terutama sangat digemari karena rasanya yang enak dan gurih juga mudah mengolahnya. Bisa digoreng, dibuat tum, atau dijadikan olahan dalam bentuk yang disebut dengan tambusan. Bahkan yang paling simpel adalah dengan cara dipanggang kemudian disisit ditambah campuran minyak kelapa, cabai, garam dan daun kemangi (kecarum).</div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Tapi kini, beberapa pedagang masih ada menjajakan belut (lindung) yang siap saji dalam kemasan bungkus plastik. Lindung (belut) tersebut diolah dengan digoreng</div> <div style="text-align: justify;"> kemudian diberi bumbu (base) kesuna (bawang putih) dan cekuh (kencur). Bukan base (bumbu) genep, tuturnya. (004/KIM SDG)</div>
KULINER BALI “LINDUNG”
08 Jun 2018