<div> SEDANG-6/5/2018 Ngedig padi atau Bahasa umumnya ‘manyi’ ialah sebuah kegiatan yang dilakukan</div> <div> petani atau cara petani untuk memisahkan buliran gabah dengan malai padi. Cara ini termasuk cara</div> <div> yang tradisional, masih menggunakan tenaga manusia secara manual yaitu dengan memukul-mukulkan</div> <div> padi yang sudah di potong agar lepas dari malai padi yang kemudian dapat di giling.</div> <div>  </div> <div> Namun semakin maju teknologi seperti sekarang, dengan munculnya alat-alat pertanian yang semakin</div> <div> modern, ‘ngedig’ atau ‘manyi’ mulai di tinggalkan, kini petani mulai beralih dengan ‘Dores’ mesin</div> <div> perontok padi.</div> <div>  </div> <div> Untuk menjaga kelestarian tradisi manyi atau lebih dikenal ngdig, petani di subak celuk desa Sedang</div> <div> masih tetap mempertahankan tradisi manyi ditengah gempuran modernisasi seperti saat ini terjadi di</div> <div> kebanyakan daerah. Salah satu petani subak celuk desa Sedang “Ign Retawan” (50) menyatakan tradisi</div> <div> manyi memiliki filosofi yang erat dengan tatanan budaya hindu di Bali, ‘’bukannya tak mau mengikti</div> <div> perkembangan teknologi Cuma mempertahankan tatanan budaya’’ ,tegasnya. (005/KIMSDG)</div>
Pelestarian tradisi “MANYI” di subak celuk desa Sedang
06 Jun 2018