<div style="text-align: justify;"> SEDANG-6/3/2018 Lima hari setelah hari suci Galungan, tepatnya pada wuku kuningan, dinamakan hari pamecekan agung. Secara etimogi pamecekan berarti ‘saat menancapkan sesuatu’ dan kata agung berarti ‘besar, utama, mulia’.</div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Pemacekan Agung diperingati setiap Soma (Senin) Kliwon wuku Kuningan yang pada kesempatan ini jatuh pada Senin (4/6/2018). Secara filosofis Pemacekan Agung mengandung makna, bahwasanya hari ini manusia diingatkan agar ‘kemenangan’ yang telah ia peroleh melalui pertempuran melawan adharma dijadikan sebagai ‘tonggak’ kebangkitan kesadaran diri, sebagai ‘pengukuhan’ komitmen untuk selalu menjaga martabat kemanusiaan, dan menghindarkan diri dari ‘momo angkara’.</div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Dalam lontar Dharma Kahuripan disebutkan: “Pamacekan Agung nga, panincepan ikang angga sarira maka sadhanang tapasya ring Sanghyang Dharma” (Pemacekan Agung, namanya demikian adalah pemusatan diri dengan sarana tapa kepada Sanghyang Dharma). Pemacekan Agung adalah sebuah ‘tapasya’ atau janji diri untuk selalu mengedepankan dharma dalam setiap tindak-tanduk kita mengisi hidup-sehingga kemenangan yang telah kita raih tidak tersapu oleh godaan ahamkara.</div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Pemacekan Agung adalah saat dimana panji-panji dharma ditanjapkan, dan ditegakkan sehingga semua bentuk musuh baik yang berasal dari luar diri, pun yang bersumber dari dalam diri tidak memiliki kesempatan dan kekuatan melemahkan jati diri kita sebagai manusia (manusa sane masesana). (005/KIMSDG)</div>
HARI PEMACEKAN AGUNG RAHINAN PASCA HARI RAYA GALUNGAN
04 Jun 2018