<p style="text-align: justify;"> Sedang-13/07/2018 Layang-layang dan juga tradisi Melayangan sangat erat kaitannya dengan cerita rare angon, Dipercaya bahwa Dewa Siwa dalam manivestasinya sebagai Rare angon merupakan Dewa Layang-layang.Pada musim layangan atau setelah panen di sawah Rare angon turun ke Bumi diiringi dngen tiupan seruling bertanda untuk memanggil sang angin.</p> <p style="text-align: justify;"> Rare Angon berarti anak gembala, setelah musim panen para prtani terutama anak gembala mempunyai waktu senggang yang mereka gunakan untuk senang-senang. Sambil menjaga ternaknya salah satu permainan yang sering mereka lakukan adalah bermain Layang-layang.</p> <p style="text-align: justify;"> Saat ini ” melayangan”  masih sering dilaksanakan oleh masyarakat bali, baik anak-anak sampai orang dewasa. Dibuktikan dengan banyaknya diadakan kompetisi layangan dan “seka”, grup layangan di bali.</p> <p style="text-align: justify;"> Bentuk layang-layang Tradisional dari dulu tidak berubah hanya teknik pembuatanya yang berkembang itu karena masyarakat bali menghormati apa yang telah diberikan oleh leluhur secara turun-temurun. layang Be-bean, Pecukan dan janggan merupakan tiga jenis Layang-layang Tradisiolan Bali yang sudah sangat dikenal. Ada beberapa layangan asli pulau dewata Bali diantaranya layangan Bebean, layangan Pecukan dan Layangan Janggan.</p> <p style="text-align: justify;"> I Gusti Ngurah Suarnawa S.PD selaku sekretaris Desa Sedang mengungkapkan tradisi melayangan di Bali masih ajeg hingga kini, khususnya di Desa Sedang. terbukti dari banyaknya perlombaan laying-layang yang diikuti oleh banjar-banjar di Desa Sedang, ungkapnya. (005/KIMSDG)</p>
Sejarah Layangan Tradisional Bali
14 Jul 2018