<p style="text-align: justify;"> SEDANG – 30/06/2018</p> <p style="text-align: justify;"> Dapur atau yang biasanya disebut paon dalam bahasa bali, berasal dari bahasa Jawa yaitu <em>Pawon</em> (dapur) merupakan bagunan adat bali yang letaknya disisi selatan, yang umumnya berfungsi untuk memasak pada zaman dahulu dan juga masih ada digunakan sampai sekarang. Selain itu dalam kehidupan beragama di Bali, dapur merupakan stana (istana) Dewa Brahma.</p> <p style="text-align: justify;"> Dalam kepercayaan di Bali Dewa Brahma dipercayai sebagai dewanya dapur, penguasa dan pelindung arah selatan, bersenjatakan Gada, berwahana Angsa, memiliki Sakti Dewi Saraswati, dan atribut serba merah. Disamping itu dapur juga erat kaitannya dengan Dewa Agni terutama pada <em>tungku dapur (cangkem paon)</em>, yang memiliki sifat<em> sarwa daksa</em>, yang artinya membakar apapun yang berada disekelilingnya.</p> <p style="text-align: justify;"> Selain itu dapur / paon juga memiliki fungsi yang sangat penting yang dipercayai oleh masyarakat bali adalah untuk menetralisir energi negative atau bhuta kala yang mengikuti sampai ke rumah. Jadi hendaknya ketika datang dari bepergian, janganlah langsung masuk ke dalam kamar ataupun ruang utama di rumah. Hendaknya mauk dapur terlebih dahulu.</p> <p style="text-align: justify;"> Disamping itu, begitu pentingnya fungsi dapur dipandang dari sisi stana dewatanya, dapur juga sebagai tempat orang bali selalu <em>nunas penglukatan</em>. Nunas penglukatan didapur tidak sembarangan, biasanya nunas penglukatan dilakukan ketika baru datang dari tempat melayat atau biasanya disebut setelah pulang dari (ngayang banjar) dari tempat orang meninggal. Penglukatan dilakukan cara mengambil air yang ada didapur, kemudian dilempar keatas genteng dapur sampai air turun dari genteng dan basuh kepala dan muka dari air tersebut. </p> <p style="text-align: justify;"> Disanalah pentingnya makna dan fungsi dapur / paon bali, kita sebagai masyarakat bali harus melestarikan tradisi dan budaya bali yang diturunkan oleh leluhur kita. Jadi jangan pernah beranggapan bahwa perkataan orang tua itu tidak benar atau hanya mitos. Karena kepercayaan orang bali kepada leluhur sangat luar biasa jadi jaganlah sekali menentang perkataan orang tua atau bisa berakibat fatal pada diri kita sendiri. Semoga artikel ini bermanfaat. (001 / KIM SDG)</p> <p style="text-align: justify;"> Sumber : I Gusti Ngurah Sumertayasa</p>
Sejarah Dapur (Paon) dan Makna Filosofis bagi Masyarakat Bali
30 Jun 2018